Ligaolahraga.com -
Berita Tenis: Iga Swiatek menerima larangan bertanding selama satu bulan karena ia mendapatkan hasil tes positif dalam menggunakan substansi terlarang, tetapi beberapa petenis tidak senang dengan keputusan tersebut.
Ada beberapa kasus doping atau kontaminasi yang melibatkan banyak petenis pada musim-musim sebelumnya di dunia tenis. Contohnya, mantan petenis peringkat 1 dunia, Maria Sharapova yang dilarang bertanding selama 2 musim dan hukuman akibat kasus dopingnya kemudian dikurangi menjadi 15 bulan.
Mantan petenis peringkat 1 dunia lain, Simona Halep menerima larangan bertanding selama empat musim, yang kemudian dikurangi menjadi sembilan bulan, tetapi bukan oleh ITIA, tetapi oleh CAS karena ia harus memperjuangkan kasusnya di pengadilan.
Di sisi lain, mantan petenis peringkat 1 dunia, Swiatek hanya menerima skorsing selama satu bulan untuk kasus doping yang merupakan kontaminasi pil tidur tanpa resep yang telah ia konsumsi selama karier tenisnya.
Swiatek dan WADA berhasil membuktikan adanya kontaminasi. Ia lalu mengajukan banding atas larangan bertanding tersebut dalam waktu sepuluh hari, itulah sebabnya ia berhasil lolos dengan larangan bertanding yang lebih ringan dibandingkan beberapa rekan sesama petenis di masa lalu.
Namun sekali lagi, seperti dalam kasus Jannik Sinner, tidak ada penyebutan tentang hasil tes positif dalam beberapa bulan terakhir, yang menyebabkan banyak jurnalis dan penggemar mempertanyakan integritas dan transparansi sistem tersebut.
Selain itu, selama masa larangan bertanding, Swiatek secara gamblang memberikan alasan yang berbeda untuk mengundurkan diri dari turnamen selain larangan bertanding karena doping, termasuk perubahan pelatih.
Hal tersebut, ditambah dengan durasi larangan bertanding yang pendek, membuat banyak petenis marah, termasuk Tara Moore yang harus berurusan dengan kasus doping karena ia diskors pada Juni 2022 dan berlangsung selama 19 bulan.
“Saya menghabiskan 19 bulan untuk skorsing karena saya juga harus melakukan perubahan pada tim saya. Jangan lupa, kasus saya juga kontaminasi dan dua petenis lain juga dinyatakan positif, tetapi ITIA mengajukan banding atas kasus saya. Mengapa tidak ada yang serius menyelidiki korupsi organisasi yang mengatur kita?” tulis Moore melalui akun media sosialnya.
Petenis lain yang vokal menjuarakan hal tersebut ketika Sinnerr dinyatakan positif adalah Nick Kyrgios.
“Alasan yang bisa kita semua gunakan adalah bahwa kita tidak tahu. Tidak tahu saja. Para profesional di level tertinggi olahraga kini bisa berkata, ‘Kami tidak tahu’,” ungkap Kyrgios.
Sementara Denis Shapovalov hanya menuliskan sindiran singkat, “Larangan bertanding satu bulan, eh.”
Namun, petenis berkebangsaan Kanada memberikan penjelasan yang lebih rinci saat menanggapi salah satu komentar.
“Hal itu tampak tidak adil bahwa petenis seperti Halep dan lain harus menjalani larangan bertanding yang cukup panjang untuk hal yang hampir sama. Saya lega larangannya berubah karena aturan doping tidak adil. Tetapi petenis seperti Mikael Ymer masih dilarang bertanding dan ia bahkan tidak tidak pernah dinyatakan positif,” tambah Shapovalov.
Petenis peringkat 337, Benjamin Lock menyatakan, “Satu bulan larangan bertanding. Ini bahkan bukan April fools day. Dua petenis peringkat 1 dunia gagal tes doping pada musim yang sama, itu hal yang gila.
Artikel Tag: Tenis, Iga Swiatek
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/penanganan-kasus-doping-iga-swiatek-pancing-amarah-petenis-lain